My Little Story
Rintik hujan tak menyurutkan niatku untuk melihatnya. Mungkin ini
terakhir kalinya aku dapat melihat wajahnya. Wajah polos yang terlihat tak
berdosa. Entah apa yang ada di pikiranku, hari ini aku langkahkan kaki ini
untuk menemuimu. Berharap dapat bertemu denganmu. Jika ini memang kesempatan
terakhirku, baiklah, aku akan terima semuanya.
Masih teringat jelas suara tawa renyahnya di telingaku. Senyum penuh
misteri yang selalu membuatku bertanya-tanya. Sosok misterius Rin masih
tergambar dengan jelas dalam pikiranku. Hingga saat ini aku masih terus
melangkahkan kakiku menyusuri jalanan berbatu hingga rumah-rumah yang tak
berpenghuni. Sedikit demi sedikit langkah kaki ini kupercepat hingga akhirnya
aku berlari. Tetesan air mataku yang kini terasa begitu sia-sia. Tak pernah
sekalipun aku menangis seperti ini dalam hidupku. Tak pernah terpikir olehku,
bahwa suatu saat nanti aku akan berlari sambil menangisi seseorang yang aku
kira aku mengenalnya.
Tapi ternyata apa yang ada dalam pikiranku salah, aku ingin bertanya
kembali pada diriku, benarkah aku yang mengenalnya selama hampir sepuluh tahun
ini, apakah aku benar-benar mengenal dirinya? Kini aku benar-benar meragukan
diriku sendiri. Aku tak berhenti berlari, telingaku terlalu sakit, tak
henti-hentinya ingatan akan suaramu terngiang dalam telingaku.
Akhirnya kakiku berhenti berlari, menapaki tanah datar beraspal yang tak
begitu kukenal. Hanya sosok di depanku yang kini tengah membelakangiku ini yang
kukenal. Sedetik kemudian, ia membalikkan badan menghadapku. Sebuah perasaan
familiar yang tak terjelaskan tengah menyelimuti diriku dan dirinya. Sebuah
rasa yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata.
To be
continued...
Komentar
Posting Komentar