KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA - HUBUNGAN STEREOTIPE DENGAN KESEHATAN





HUBUNGAN STEREOTIP DAN KESEHATAN


Oleh:
Tingkat 1.3 Prodi D-III Keperawatan
Ni Putu Putri Chandra Paramita                          (P07120015081)
Putu Bella Danies Apsari                                       (P07120015082)
I Putu Aditya Wardana                                         (P07120015088)
I Wayan Kartika Buana                                        (P07120015090)
Wayan Rayi Chandralika Narayana                    (P07120015092)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D-III
TAHUN 2015/2016





BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Pelayanan kesehatan di Indonesia masih membutuhkan pembenahan dalam berbagai bidangnya. Dewasa ini, klien sering meragukan pemberian pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan di Indonesia. Ketidakutuhan kepercayaan yang didapat oleh tenaga kesehatan ini karena klien tersebut memiliki latar belakang suku, budaya, ras, adat dan agama yang berbeda. Sehingga penilaian pada pelayanan kesehatan yang mereka lakukan juga akan berbeda-beda sesuai dengan keyakinan yang mereka miliki. Penilaian secara sepihak ini biasa dikenal dengan sebutan stereotip. Tidak jarang stereotip yang keliru tidak hanya menimbulkan hambatan dalam komunikasi lintas budaya tetapi juga hubungan antara klien dengan tenaga kesehatan, khususnya dalam hal ini kelompok profesi perawat.
Karena banyaknya permasalahan yang berkaitan dengan komunikasi lintas budaya dalam hubungannya dengan bidang kesehatan yang ditimbulkan akibat prasangka atau stereotip yang keliru, maka dirasa perlu untuk dikaji lebih lanjut mengenai stereotip dan hubungannya dengan kesehatan guna untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul akibat stereotip yang keliru tersebut.

1.2    Rumusan Masalah
1.1.1         Apakah pengertian stereotip dan kesehatan ?
1.1.2         Apa sajakah macam-macam stereotip ?
1.1.3         Bagaimanakah hubungan stereotip dan kesehatan ?
1.1.4         Apa saja manfaat stereotip bagi perawat ?



1.3    Tujuan Tulisan
1.1.5         Untuk mengetahui pengertian dari stereotip dan kesehatan
1.1.6         Untuk mengetahui macam-macam steretip
1.1.7         Untuk mengetahui hubungan stereotip dan kesehatan
1.1.8         Untuk mengetahui manfaat fungsi dari stereotip bagi perawat

1.4    Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kami menggunakan metode literatur dan penelusuran IT. Pada metode literatur, kami menggunakan beberapa referensi atau buku-buku/literatur. Sedangkan pada metode penelusaran IT ini, kami mencari tambahan referensi pada internet. Kedua metode tersebut kami gunakan untuk melengkapi data-data yang ada hubungannya dengan pokok bahasan Hubungan Stereotip dan Kesehatan sehingga makalah ini dapat dipenuhi.

1.5    Sistematika Tulisan
1.5.1      BAB I    PENDAHULUAN: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
1.5.2      BAB II KONSEP TEORI: Pengertian Stereotip Menurut Para Ahli, Pengertian Kesehatan Menurut Para Ahli.
1.5.3      BAB III PEMBAHASAN: Pengertian Stereotip , Macam-macam Stereotip, Hubungan antara Stereotip dan Kesehatan, Fungsi Stereotip bagi Perawat.
1.5.4      BAB IV PENUTUP: Kesimpulan dan Saran.
1.5.5      DAFTAR PUSTAKA


BAB II
KONSEP TEORI

2.1    Pengertian Stereotip Menurut Para Ahli
1.      Menurut Potter and Perry, bahwa stereotip adalah kepercayaan umum mengenai orang, penggunaan stereotip dapat menghalangi komunikasi dan dapat menghalangi hubungan antara klien-perawat. Pernyataan yang bersifat stereotip seperti “Lansia selalu membingungkan” atau “Klien dengan masalah punggung tidak dapa menoleransi rasa sakit,” secara serius membuat komunikasi interpersonal menjadi tidak seimbang.
2.      Menurut Walter Lippmann dalam tulisannya yang berjudul "public opinion" yang dipublikasikan pada tahun 1922. Lippmann mengatakan bahwa stereotip adalah cara ekonomis untuk melihat dunia secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan individu tidak dapat sekaligus mengalami dua event yang berbeda dalam tempat yang berbeda yang dapat dilakukan secara bersamaan.
3.      Menurut Smith (1999) stereotipe yakni seperangkat penilaian dari kelompok lain dalam hubunganya dengan ingroup dalam situasi terkini. Stereotip berasal dari bahasa latin yang berarti stereot yang artinya kaku dan tipos. Jadi secara keseluruhan adalah anggapan dari orang lain yang kaku dan seakan-akan tidak berubah. Oleh karena itu stereotip adalah suatu kepercayaan yang dilebih-lebihkan atau keyakinan yang berkaitan dengan suatu kategori manusia atau suatu generalisasi yang berlebihan tentang ciri – ciri suatu kelompok tertentu.
4.      Menurut Jeanny M Fatimah, stereotip merupakan gambaran tertentu mengenai sifat-sifat dan watak dan pribadi individu atau golongan lain yang bercorak negatif akibat tidak lengkapnya informasi dan sifat subjektif, dimana penilaian-penilaianya mengandung penyederhanaan dan pemukulrataan secara berlebih-lebihan.
5.      Menurut Quasthoff (1973:19) Stereotip adalah gambaran ciri-ciri khas yang dimiliki orang tertentu atau sekelompok orang, dan gambaran ini tidak dibentuk oleh orang atau kelompok orang tersebut, melainkan oleh anggota masyarakat di luar kelompok.
Jadi dapat disimpulkan bahwa stereotip merupakan penggolongan sifat, watak, pribadi individu atau golongan yang bercorak negatif akibat ketidaklengkapan informasi yang bersifat subjektif sehingga menimbulkan generalisasi yang berlebihan tentang ciri – ciri suatu kelompok tertentu.
2.2    Pengertian Konsep Kesehatan Menurut Para Ahli
1.      Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009, sehat atau kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun social, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, serta produktif secara ekonomi dan sosial. Kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental (jiwa), social, dan ekonomi.
2.      Menurut WHO (World Health Organization) Tahun 1948, menyebutkan bahwa kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya penyakit atau kelemahan.
3.      Menurut Perkins (1938), sehat adalah kedaan yang seimbang dan dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
4.      Menurut Neuman (1982), sehat adalah suatu keseimbangan biopsiko-sosio-cultural  dan spiritual pada garis pertahanan klien yaitu fleksibel, normal dan resisten.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan atau sehat adalah suatu keadaan yang dinamis bukan hanya bebas dari penyakit namun juga keseimbangan antara biopsiko-sosio-cultural dan spiritual.

















BAB III
PEMBAHASAN

3.1    Pengertian Stereotip dan Kesehatan
1.      Stereotip merupakan penggolongan sifat, watak, pribadi individu atau golongan yang bercorak negatif akibat ketidaklengkapan informasi yang bersifat subjektif sehingga menimbulkan generalisasi yang berlebihan tentang ciri – ciri suatu kelompok tertentu.
2.      Kesehatan atau sehat adalah suatu keadaan yang dinamis bukan hanya bebas dari penyakit namun juga keseimbangan antara biopsiko-sosio-cultural dan spiritual.

3.2    Macam – macam Stereotip
1.      Stereotip Gender
Pemikiran stereotip tentang pemikiran laki-laki dan perempuan biasnya dikaitkan dengan peran gender mereka. Citra yang terdapat pada laki-laki adalah kecakapan, keberanian, pantang menangis, aggressive, dan sebagainya. Yang berkaitan dengan peran gender mereka yaitu sebagai pencari nafkah utama dan pemimpin keluarga. Citra yang ada dalam perempuan adalah memiliki rasa kasih sayang, kemampuan mengasuh, kehangatan, lembut, pemalu, cengeng. Dalam kenyataan empiric, citra tersebut tidak sesuai perempuan juga memiliki kecakapan keberanian, pantang menangis, aggressive, dan sebagainya. Sebaliknya laki-laki juga cengeng, lembut, kasih sayang, pemalu, mampu melakukan pengasuhan, dan sebagainya.
2.      Stereotip Usia
Stereotip dan infantilization orang tua dengan bahasa merendahkan diri memengaruhi orang-orang yang lebih tua itu kepercayaan dan perilaku. Setelah berulang kali mendengar stereotip bahwa orang tua tidak berguna, orang tua mungkin mulai merasa seperti tergantung, anggota non-kontribusi masyarakat. Mereka mungkin mulai menganggap diri mereka mereka dalam hal diri mencari kaca yaitu dalam cara yang sama bahwa orang lain dalam masyarakat melihat mereka. Studi juga menunjukkan bahwa secara ketika orang tua mendengar steretip ini tentang ketidakmampuan mereka seharusnya dan kesia-siaan, mereka melakukan tindakan buruk pada kompetensi dan memori. Orang tua juga dapat terlibat dalam diri stereotip, atau mengambil usia stereotip budaya mereka yang telah mereka jalani.selama hidup dan mengarahkan mereka ke jalan terhadap diri mereka sendiri. Kemudia perilaku ini memperkuat stereotip ini dan pengobtan orang tua.
3.      Stereotip Ras
Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawaan yang sama. Diferensiasi ras adalah pengelompokan masyarakat berdasarkan cirri-ciri fisiknya. Secara garis besar manusia terbagi dalam ras-ras sebagai berikut :
a.       Menurut Ralph Linton
1)      Ras Mongoloid
Ciri-ciri :        
Ø Kulit kuning sampai sawo matang
Ø Rambut lurus
Ø Bulu badan sedikit
Ø Mata sipit (Asia-Mongoloid)
Ø Mongoloid Asia : Sub Ras Tionghoa (Jepang, Vietnam, Taiwan), Sub Ras Melayu (Malaysia, Filipina, Indonesia), Mongoloid Andian (orang Indian di America)
2)      Ras Kaukasoid
Ciri-ciri
Ø Hidung mancung
Ø Kulit putih
Ø Rambut pirang sampai cokelat kepirang hitaman
Ø Kelopak mata lurus
Ø Ras Nordic, Alpin Mediteran, Armenoid, India
3)      Ras Negroid
Ciri-ciri
Ø Rambut keriting
Ø Kulit hitam
Ø Bibir tebal
Ø Kelopak mata lurus
Ø Sub Ras Negroid, Nilitz, Negro Rimba, Negro Oseanis, Hetentot boysesmen
            Di Indonesia banyak terdapat sub ras antara lain :
Ø  Negrito, Suku Semang di Semenanjung Malaya dan disekitarnya.
Ø  Vedoid, Suku Sakai di Riau, Kubu di Sumatera Selatan, Toala dan Tomuna di Sulawesi
Ø  Neo Melanosoid, Kepulauan Kei dan Aru
Ø  Melayu :
a.       Melayu Tua (Proto Melayu), Orang Batak, Toraja dan Dayak
b.      Melayu Muda (Deuto Melayu), Orang Aceh, Minang, Bugis, Atau Makasar
4.      Stereotip Suku Bangsa
Suku bangsa atai etnis adalah segolongan rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis. Diferensiasi suku bangsa merupakan penggolongan manusia berdasarkan cirri-ciri biologis yang sama, seperti ras, namun suku bangsa memiliki kesamaan budaya sebagai berikut.
Ø  Ciri Fisik
Ø  Bahasa Daerah
Ø  Kesenian
Ø  Adat Isitiadat
Suku bangsa yang ada di Indonesia yaitu sebagai berikut :
Ø  Pulau Sumatra: Aceh, Batak, Minangkabau, Bengkulu, Jambi, Palembang, Melayu dan sebagainya.
Ø  Pulau Jawa : Sunda, Jawa, Tengger dan sebagainya.
Ø  Pulau Kalimantan : Dayak, Banjar, dan sebagainya.
Ø  Pulau Sulawesi : Bugis, Toraja, Minahasa, Toli-Toli, Makasar, Bolang-mangandalow, Gorontalo dan sebagainya.
Ø  Kepulauan Nusa Tenggara : Bali, bima, Lombok, Flores Timoer, Rote.
Ø  Kepulauan Maluku dan Irian : Ternate, Tidore, Dani Asmat.
5.      Stereotip Ekonomi
Yang termasuk dalam bidang ekonomi diantaranya jumlah pemilikan kekayaan atau penghasilan. Status sosial berdasarkan kriteria ekonomi dikenal dengan kelas social. Klasifikasi kelas sosial umumnya ada tiga yaitu :
1.      Kelas atas, yaitu orang-orang yang karena penghasilan atau kekayaannya dengan leluasa dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
2.      Kelas menengah, yaitu orang-orang yang karena penghasilan dan kekayaannya dapat leluasa memenuhi kebutuhan hidup mendasarnya, tetapitidak leluasa untuk kebutuhan-kebutuhan lainnya.
3.      Kelas bawah, yaitu orang-orang yang dengan sumber daya ekonominya hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup mendasarnya, tetapi tidak leluasa, atau bahkan tidak mampu untuk itu.



3.3    Hubungan Stereotip dan Kesehatan
Stereotip ada yang positif dan ada pula yang negatif. Pengertian stereotip adalah menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi orang-orang berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dalam hal ini Stereotip mempunyai peran penting dalam kaitanya dengan kesehatan baik hubungan antara asumsi kesehatan pasien, keluarga pasein, terhadap sakitnya, tempat pelayanan kesehatan, dan semua yang berkaitan dengan masalah kesehatan. Banyak hal yang dapat menyebabkan seorang individu untuk berasumsi atau melakukan stereotip yakni:
1.      Manusia membutuhkan sesuatu untuk menyederhanakan realitas kehidupan yang bersifat kompleks.
2.      Manusia membutuhkan sesuatu untuk menghilangkan rasa cemas (anxiety) ketika berhadapan dengan sesuatu yang baru, manusia lalu menggunakan stereotipe.
3.      Manusia membutuhkan cara yang ekonomis untuk membentuk gambaran dari dunia di sekitarnya.
4.      Manusia tidak mungkin mengalami semua kejadian, karenanya manusia mengandalkan informasi dari pihak lain (media) sebagai jendela dunia. Maka terjadilah duplikasi stereotip.
Maka dari itu peran perawat disini sangatlah penting untuk membuat suatu pandangan dalam individu (pasien & keluarga pasien)  yang memiliki latar belakang suku, budaya, ras, adat dan agama yang berbeda sehingga nantinya tercipta sebuah stereotip yang positif pada bidang kesehatan. Disini Perawat tidak hanya berfokus pada masalah biologis pasien saja, namun juga ke masalah psikologis pasien. Dengan adanya transkultural nursing, dan memahami bagaimana Stereotip individu (pasien) kita sebagai perawat bisa menyesuaikan diri dengan bagaimana pasien itu bersikap, bagaimana pasien itu bicara dengan bahasanya, dan bagaiman perilaku pasien untuk mendekati pasien dan menemukan akar masalah yang dialami pasien. Dengan begitu pasien dan perawat akan terjalin hubungan yang baik dan akan terbentuk kerjasama yang baik dalam proses pengobatan. Memahami Stereotip Individu dapat membantu perawat dalam mengenal berbagai asumsi kebudayaan masyarakat. Sehingga perawat mampu menetapkan pelayanan kesehatan yang tepat untuk diberikan kepada paseinnya.
Selain itu, dari memahami Stereotip individu (pasien) juga kita dapat menemukan yang menyebabkan penyakit pasein dari pola makan dan minum, perilaku kesehatan pasien, dan bagaimana kepercayaan pasien terhadap konsep sehat sakitnya. Dari itu perawat dapat membantu mengobati penyakit pasien dan memberi health education tentang bagaimana pencegahan, pengobatan serta tanda gejala terkait penyakit pasien.

3.4    Manfaat Stereotip Bagi Perawat
Stereotype memiliki manfaat bagi perawat, diantaranya :
1.      Stereotip dapat membantu perawat untuk memulai komunikasi dengan pasien dengan mengenal bagaimana bahasa pasien.
2.      Dengan mengenal bahasa pasien, stereotip juga membantu perawat untuk dapat melakukan proses komunikasi yang baik dengan pasien.
3.      Dengan mengenal stereotip pasien perawat dapat menerapkan etika sesuai budaya dan keyakinan pasien.
4.      Melalui stereotip perawat juga dapat memahami pemahaman sehat sakit pasien.
5.      Dengan mengenal stereotip pasien, perawat dapat membantu pasien dalam  perubahan pada steriotip yang menyebabkan masalah kesehatan
6.      Stereotip dapat membantu perawat dalam penyesuaian diri  terhadap perilaku sekelompok pasien.
7.      Dapat mempermudah dalam penetapan sasaran pelayanan
8.      Serta sebagai bahan dalam melakukan pendekatan terhadap pasien.


















BAB IV
PENUTUP

4.1  Simpulan
1)      Stereotip merupakan penggolongan sifat, watak, pribadi individu atau golongan yang bercorak negatif akibat ketidaklengkapan informasi yang bersifat subjektif sehingga menimbulkan generalisasi yang berlebihan tentang ciri – ciri suatu kelompok tertentu
2)      Kesehatan atau sehat adalah suatu keadaan yang dinamis bukan hanya bebas dari penyakit namun juga keseimbangan antara biopsiko-sosio-cultural dan spiritual.
3)      Macam – macam stereotip yaitu stereotip gender, stereotip usia, stereotip ras, stereotip suku bangsa, stereotip ekonomi
4)      Stereotip mempunyai peran penting dalam kaitanya dengan kesehatan baik hubungan antara asumsi kesehatan pasien, keluarga pasein, terhadap sakitnya, tempat pelayanan kesehatan, dan semua yang berkaitan dengan masalah kesehatan.

4.2  Saran
Dengan disusunnya makalah ini semoga bermanfaat untuk semua kalangan, khususnya bagi kami sendiri sebagai salah satu mahasiswa sekaligus penulis makalah ini. Dan diharapkan dengan terealisasinya makalah ini mahasiswa khususnya perawat lebih memahami tentang Hubungan Stereotip dengan Kesahatan serta untuk menambah wawasan mahasiswa, sehingga ilmu yang didapatkan bermanfaat di masa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Nadyya, Mailin dkk. 2013. Makalah Stereotip Perilaku Masyarakat. Semarang:
          Universitas Negeri Semarang
Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:Konsep,Proses, dan Praktik Edisi 4 Vol 1. Jakarta: EGC
Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:Konsep,Proses, dan Praktik Edisi 4 Vol 2. Jakarta: EGC
Dwirintani. 2009. Makalah Stereotip. Bandung: Scribd



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sheila On 7 - Yang Terlewatkan

PENAMPILAN DIRI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMERIKSAAN RUMPLE LEED (1)