KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA (TRAVEL MEDICINE)



MASALAH-MASALAH KESEHATAN YANG DIALAMI WISATAWAN ASING SELAMA DAN SESUDAH BERKUNJUNG DI INDONESIA



            Disusun oleh :
                   Ni Putu Putri Chandra Paramita       (P07120015081)
                   Putu Bella Danies Apsari                 (P07120015082)
                   I Putu Aditya Wardana                     (P07120015088)
                   I Wayan Kartika Buana                    (P07120015090)
                     Wayan Rayi Chandralika Narayana (P07120015092)
                    
                    
               
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII
2015




BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara tujuan wisata dunia. Para wisatawan datang ke Indonesia dengan berbagai motif baik hanya untuk mengunjungi kerabat, berlibur, ataupun berbisnis. Begitu pula sebaliknya, banyak warga Indonesia yang pergi ke daerah lainnya dengan alasan tertentu. 
Isu yang sering berkembang saat ini adalah wisata ke mancanegara dapat menyebabkan berbagai risiko kesehatan, tergantung dari baik ciri wisatawan maupun tipe perjalanannya. Berbagai macam risiko bisa dialami oleh wisatawan selama perjalannya. Penyakit yang berhubungan dengan wilderness medicine misalkan penyakit karena ketinggian dimana wisatawan mungkin terpapar secara tiba-tiba dengan perubahan ketinggian, kelembaban, suhu, dan miikroba, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan. Wilderness medicine lainnya misalnya masalah saat menyelam,  ekspedisi, dan kegiatan lainnya. Selain itu sering terjadi berbagai penyakit seperti infeksi seperti malaria, diare, dan infeksi lainnya yang sering terjadi di daerah dimana kualitas akomodasi berupa kebersihan dan sanitasinya masih kurang baik, layanan medis yang kurang memadai, dan kurangnya penyediaan air bersih. Kasus kegawatdaruratan medis dan kecelakaan juga cukup sering menimpa wisatawan. Maka diperlukan pemahaman lebih mendalam mengenai permasalahan kesehatan yang dialami wisatawan asing selama berwisata di Indonesia, sehingga dapat dikaji dari berbagai sudut pandang keilmuan, khususnya disini keperawatan transkultural secara holistik untuk menjawab seluruh permasalahan masyarakat, khususnya yang dialami para wisatawan. 

1.2    Rumusan Masalah
               1.2.1       Apakah pengertian dari budaya?
               1.2.2       Apakah yang dimaksud dengan keperawatan transkultural?
               1.2.3       Apakah pengertian travel medicine dan epidemiologi ?
               1.2.4       Berapakah jumlah/volume wisatawan asing yang berwisata ke Indonesia ?
               1.2.5       Apa sajakah risiko-risiko penyakit wisatawan asing ?
               1.2.6       Apakah penyakit-penyakitwisatawan asing sesudah dan selama berwisata Indonesia ?
               1.2.7       Bagaimanakah upaya perlindungan kesehatan terhadap wisatawan yang bepergian?

1.3    Tujuan Tulisan
               1.3.1        Untuk mengetahui pengertian dari budaya.
               1.3.2        Untuk mengetahui pengertian keperawatan transkultural.
               1.3.3        Untuk mengetahui pengertian travel medicine dan epidemiologi.
               1.3.4        Untuk mengetahui jumlah/volume wisatawan asing yang berwisata ke Indonesia.
               1.3.5        Untuk mengetahui risiko-risiko penyakit wisatawan asing.
               1.3.6        Untuk mengetahui penyakit-penyakit wisatawan asing sesudah dan selama berwisata Indonesia.
               1.3.7        Untuk mengetahui upaya perlindungan kesehatan terhadap wisatawan yang bepergian.

1.4    Metode Tulisan
Dalam penulisan makalah ini, kami menggunakan metode studi pustaka dan penelusuran IT. Pada metode studi pustaka, kami menggunakan beberapa referensi dari buku-buku. Sedangkan pada metode penelusaran IT ini, kami mencari tambahan referensi di internet. Kedua metode ini bertujuan untuk melengkapi data-data yang ada hubungannya dengan pokok bahasan masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh wisatawan asing selama dan sesudah berwisata di Indonesia sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

1.5    Sistematika Tulisan
      1.5.1        BAB IPENDAHULUAN: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
      1.5.2        BAB II KONSEP TEORI: Pengertian Travel Medicine Menurut Para Ahli dan Pengertian Epidemiologi Menurut Para Ahli.
      1.5.3        BAB III PEMBAHASAN: Pengertian Travel Medicine dan Epidemiologi, Jumlah/Voulume Wisatawan Asing yang Berwisata ke Indonesia, Risiko-Risiko Penyakit Wisatawan Asing, Penyakit-Penyakit Wisatawan Asing Selama Berwisata di Indonesia, dan Penyakit-Penyakit Wisatawan Asing Sesudah Berwisata di Indonesia.
      1.5.4        BAB IV PENUTUP: Simpulan dan Saran.
      1.5.5        DAFTAR PUSTAKA





BAB II
KONSEP TEORI

2.1    Pengertian Keperawatan Transkultural Menurut Dr. M. Leininger
Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan oleh Dr. M. leininger dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya per
bedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.

2.2    Pengertian Budaya Menurut Para Ahli
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat, beberapa definisi tentang budaya yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu menurut :
·         Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
·         Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
·         Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
·         Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
·         Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

2.3    Pengertian Travel MedicineMenurut Para Ahli
1.      Menurut Levina S. Pakasi, travel medicine adalah bidang ilmu kedokteran yang mempelajari persiapan kesehatan dan penatalaksanaan masalah kesehatan orang yang bepergian (travellers).
2.      Menurut Mardh PA, travel medicine adalah suatu bidang keahlian interdisipliner yang telah berkembang cepat sebagai respons terhadap kebutuhan berwisata diseluruh dunia yang mempelajari berbagai aspek berwisata dan kaitannya dengan kesehatan, termasuk kebugaran dalam perjalanan dan risiko sakit karena perjalanan tersebut sebagai implikasi pajanan terhadap berbagai penyakit infeksi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa travel medicine adalah bidang ilmu yang mempelajari persiapan kesehatan, penatalaksanaan masalah kesehatan orang bepergian, aspek berwisata dan kaitannya dengan kesehatan termasuk kebugaran dalam perjalanan dan risiko sakit karena perjalanan tersebut.

2.4    Pengertian Epidemiologi Menurut Para Ahli
1.      Menurut Mac Mahon, B dan Pugh, T. F (1970), epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi penyakit dan determinan yang mempengaruhi frekuensi penyakit pada kelompok manusia.
2.      Menurut Lowe C. R. dan Koestrzewsky.J. (1973), epidemiologi adalah studi tentang faktor yang menentukan frekuensi dan distribusi penyakit pada populasi manusia.
3.      Menurut Mausner J. S. dan Bahn (1974), epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan penyakit dan ruda paksa pada populasi manusia.
4.      Menurut Lilienfeld A. M., dan D. E. Lilienfeld (1980), epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi penyakit atau keadaan fisiologis pada penduduk dan determinan yang mempengaruhi distribusi tersebut.
5.      Menurut Barker, D. J. P. (1982), epidemiologi adalah suatu studi tentang distribusi dan determinan penyakit pada populasi pada manusia.
Dari batasan tersebut terdapat persamaan yaitu semua menyatakan epidemiologi ialah ilmu yang mempelajari distribusi frekuensi penyakit beserta determinannya hanya terdapat dua perbedaan yaitu tambahan fenomena fisiologis dan ruda paksa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyakit, ruda paksa, fenomena fisiologis tentang frekuensi distribusi dan determinannya pada kelompok manusia.



BAB III
PEMBAHASAN

3.1     Pengertian Keperawatan Trankultural
Keperawatan Transkultural adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia

3.2     Pengertian Budaya
Budaya adalah sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

3.3     Pengertian Travel Medicine dan Epidemiologi
1.      Travel medicine adalah bidang ilmu yang mempelajari persiapan kesehatan, penatalaksanaan masalah kesehatan orang bepergian, aspek berwisata dan kaitannya dengan kesehatan termasuk kebugaran dalam perjalanan dan risiko sakit karena perjalanan tersebut.
2.      Epidemiologi ialah ilmu yang mempelajari distribusi frekuensi penyakit beserta determinannya hanya terdapat dua perbedaan yaitu tambahan fenomena fisiologis dan ruda paksa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyakit, ruda paksa, fenomena fisiologis tentang frekuensi distribusi dan determinannya pada kelompok manusia.

3.4     Jumlah/Volume Wisatawan Asing yang Berwisata ke Indonesia

Industri pariwisata Indonesia meningkat dengan pesat. Pada bulan April 2015, tercatat sebanyak 2.864.076jiwa wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia.   Sedangkan pada tahun 2014, sebanyak 2.792.737 jiwa wisatawan.  Hal ini menunjukkan bahwa tiap tahunnya wisatawan yang berkunjung ke Indonesia terus meningkat. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara juga berdampak pada bidang kesehatan.
Jika dilihat dari segi kesehatan, bidang kesehatan merupakan salah satu faktor yang penting dalam menunjang usaha peningkatan arus wisata. Jika kesehatan makanan dalam perjalanan kurang terjamin dan kesehatan lingkungan di tempa tujuan tidak memenuhi standar, maka wisatawan tidak akan memperpanjang lama tinggalnya. Bila ada wisatawan yang terkena penyakit dapat timbul masalah seperti terjadinya isu wabah diare di Bali pada tahun 1992, maka jumlah kunjungan akan menurun sekali. Hal ini perlu dicegah dan ditanggulangi dengan cepat dan tepat.
Wisatawan nusantara dengan tujuan ke luar negeri juga meningkat, yang perlu mendapat informasi mengenai aspek kesehatan di negara/ daerah tujuan. Bila krisis moneter di Indonesia berakhir, diperkirakan industri pariwisata akan segera bangkit secara signifikan dan menjadi sumber devisa negara yang amat besar, dengan demikian “kesehatan wisata” telah menjadi amat penting sebagai salah satu faktor penunjang. Seperti sebuah kutipan“Health is not everything, but without health everything is nothing”.

3.5     Risiko-Risiko Penyakit Wisatawan Asing
1.      Risiko Penyakit Wisatawan
a.       Penyakit Infeksi
-          Penularan melalui makanan dan air
-          Gigitan binatang dan serangga
-          Penularan melalui cairan tubuh
-          50% wisatawan asing yang tinggal sebulan di tempat yang baru kerap mengalami penyakit Traveler’s Diarrhea.
b.      Penyakit Tidak Menular
-          Moda Transportasi (pesawat, kapal laut)
-          Sun burn
-          Kecelakaan lalu lintas
-          Gigitan binatang (rabies)
2.      Penyakit Menular di Indonesia
a.      Viral              :
·         HIV
·         Dengue
·         Hepatitis
·         Rabies
·         Influenza
·         MMR (Mumps Measles Rubella)
b.      Bacterial        :
·         Tuberculosis
·         Cholera
·         Leprosy
·         STDs (Sexually Transmitted Diseases),
·         Plague
·         Anthrax
·         Diptheri
·         Tetanus
·         Enteric fever
c.       Protozoal       :
·         Malaria
·         Amoeba
·         Giardia
·         Leishmaniasis
d.      Nematoda     :
·         Filariasis
e.       Cestoda         :
·         Taeniasis
f.       Fungal           :
·         Histoplasmosis
3.      Kelompok yang Berisiko
a.       Kehamilan
b.      Anak-anak
c.       Manula
d.      Ekspatriat dan long-term stayer
e.       Kunjungan teman dan keluarga
f.       Penyakit jantung dan paru-paru
g.      Diabetes
h.      Immunocompromised

3.6     Penyakit-Penyakit Wisatawan Asing Selama dan SesudahBerwisata Indonesia
Menurut Keystone, dkk. (2009) menguraikan bahwa terdapat beberapa jenis penyakit selama perjalanan wisata yaitu :
1.      Penyakit yang berhubungan dengan vektor penular
a.       Dengue
Epidemiologi :
Dengue adalah infeksi viral yang ditransmisikan melalui gigitan pada waktu siang hari oleh nyamuk Aedes aegypti yang berkembang biak di air yang tenang, vas bunga, dan tempat penampungan air lainnya di daerah berpenduduk. Empat stereotip yang berbeda tentang dengue menyebabkan lebih dari 100 juta infeksi selama 1 tahun di Caribbean, Amerika Latin, sub-Saharan Afrika, Asia tropis, dan kepulauan Pasifik. Wisatawan memiliki risiko yang kecil untuk terkena penyakit ini di daerah endemik kecuali pada saat mewabah. Di Indonesia, dalam kurun waktu 4 tahun yaitu pada tahun 2007-2010, kasus Dengue Hemorrhagic Fever di Indonesia meningkat tiap tahunnya. Terdapat dua puncak epidemik di tahun 2007 terdapat 158.115 kasus dan pada tahun 2009 terdapat sekitar 158.912 kasus. Pada tahun 2008 terdapat 137.469 kasus (Insiden rate = 59.02 per 100.000 penduduk) dan tahun 2010 mencapai sekitar 140.000 kasus.
Provinsi Jawa Tengah dapat dikatakan sebagai provinsi yang endemik untuk penyakit Dengue Hemorrhagic Fever. Berdasarkan data dari profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2007 terdapat sebanyak 20.565 kasus, tahun 2008 sebanyak 19.307 kasus, tahun 2009 turun menjadi 18.728 kasus dan pada tahun 2010 sekitar 17.000 kasus Dengue Hemorrhagic Fever.
Klinis :
Infeksi non-imunpada orang dewasa sering disertai dengan beberapagejala, sedangkan infeksi non-imun pada anak-anak tidak menunjukkan gejala atau sangat ringan. Demam berdarah biasanya dimulai setelah masa inkubasi 3-8 hari dimulai dengan demam mendadak, menggigil, sakit kepala, myalgia, artralgia, ruam umum, limfadenopathy, neutropenia dan thrombositopenia.
Bagi mereka yang terinfeksi untuk kedua kalinya berisiko terserang dengue hemorrhagic fever dan dengue shock syndrome, yang ditandai dengan kebocoran plasma, hemokonsentrasi dan perdarahan dan / atau shock. Namun sebagian besar wisatawan dari daerah non-endemik tidak terlalu berisiko untuk terserang dengue hemorrhagic fever dan dengue shock syndrome.
b.      Japanese Encephalitis (JE)
Japanese Encephalitis adalah penyakit viral biasa yang ditransmisikan melalui nyamuk Culex ke burung, hewan lokal, dan manusia di Asia dan Pasifik Barat. Risiko tinggi yaitu pada mereka yang bepergian jangka pendek dan tinggal pada wilayah pertanian di pedesaan. Khususnya tempat dimana beras dihasilkan dan babi diternak. Penularan terjadi pada akhir musim semi hingga awal musim gugur di Jepang, Korea, China, dan Rusia bagian timur, dari bulan Juli hingga Desember di Utara India dan Nepal dan di waktu yang berbedda pada daerah endemik lain yang merupakan hasil pelebaran kasus di wilayah India hingga ke Asia Tenggara, Filipina, Indonesia, Malaysia, Taiwan, Papua New Guinea dan Pasifik Barat. Di Indonesia kasus JE banyak dilaporkan di daerah Bali. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh liu et al. (2009) menyebutkan bahwa identifikasi kasus Encephalitis di rumah sakit di Bali antara tahun 2001 – 2004 menemukan 163 kasus Encephalitis dan 94 diantaranya secara serologis mengarah pada kasus JE. Selain itu, kasus JE pada manusia juga dilaporkan di beberapa daerah yaitu di Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Papua. 
Klinis :
Hanya satu dari beberapa ratus infeksi yang memiliki gejala. Bagi mereka yang sakit, setelah masa inkubasi yaitu pada 4-14 hari, demam, sakit kepala, myalgia, mual, dan muntah akan diikuti dengan kebingungan, motor abnormalities, seizures, dan seringnya koma. Dalam kasus bergejala, angka kemungkinan kematian pada anak-anak mencapai 30% dan pada orang dewasa 25%, dan jika mereka selamat biasanya memiliki kerusakan saraf permanen.
c.       Malaria
Malaria adalah penyakit protozoa blood-borne yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina kepada 300-500 juta orang di daerah tropis dan subtropics pada wilayah Afrika, Asia, dan Amerika. Tingkat risiko infeksi penyakit ini tergantung pada musim, ketinggian, dan wilayah geografis, dengan risiko tertinggi pada mereka yang bepergian ke bagian tertentu Papua New Guinea, Pulau Solomon, Vanuatu dan sub-Saharan Afrika (termasuk daerah perkotaan). Umumnya, risiko pada wisatawan di sub kontinen India masih rendah dan paling rendah di Amerika latin dan Asia tenggara. Plasmodium falciparum adalah spesies dari parasite malaria yang menyebabkan komplikasi serius dan kematian, sedangkan P. vivax, malariae dan ovale jarang menimbulkan efek yang fatal. Chloroquine-resistant P. falciparum telah menyebar ke sebagian besar wilayah malaria, dan chloroquine resistance pada P. vivax juga telah menyebar. Akhir-akhir ini, P. knowlesi, spesies ke-5 dari malaria telah terlihat di Asia tenggara dan sekarang menjadi endemik di Malaysia, Sarawak dan Borneo. Parasit tersebut terlihat seperti P. malariae, tetapi mungkin dapat berakibat fatal saat terjadi pertumbuhan parasit yang tinggi.
Prevalensi penyakit malaria di Indonesia masih tinggi, mencapai 417.819 kasus positif pada tahun 2012. Di Indonesia, provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur menjadi provinsi penyumbang kasus malaria. Sebanyak 80% kasus malaria berasal dari 5 provinsi ini. Wilayah endemik di Indonesia bagian timur tersebar di 84 kabupaten/ kota dengan jumlah penduduk berisiko 16 juta orang.
Klinis :
Ciri umum bagi semua spesies yaitu demam (mungkin tidak tentu atau dapat terjadi atau setiap hari atau bahkan setiap 3 hari tergantung pada spesies, kekerasan atau kekauan, sakit kepala, pusing, mual, muntah, myalgia, anemia, dan thrombocytopenia. Falciparum malaria mungkin berkomplikasi dengan kasus koma dan kejadian lain yang masih berhubungan dengan central nervous system, gagal pernapasan atau ginjal, shock, dan kematian. Vivax dan ovale malaria.
2.      Penyakit yang berhubungan dengan kontak antara orang ke orang
a.       Sexually Transmitted Diseases
Literatur mengenai kesehatan pariwisata dipenuhi dengan studi yang memperlihatkan bahwa wisatawan tidak selalu melakukan hubungan seksual dengan orang yang tidak diketahui, orang lokal atau pekerja seks komersial. Pasangan dengan keadaan terinfeksi HIV yang merata dan penyakit menular seksual lainnya dalam populasi dunia, wisawatan yang memperlihatkan sikap kurang waspada dalam berhubungan seksual memiliki risiko yang tinggi terinfeksi penyakit ini. Walaupun sebagian besar wisatawan memiliki perhatian khusus terhadap penyakit HIV, mereka tetap harus mengikuti konseling mengenai penyakit menular lainnya seperti gonorrhea, hepatitis B, Syphilis, Herpes tipe 2 dan Granuloma Inguimale.
3.      Penyakit yang berhubungan dengan konsumsi makanan dan minuman
a.       Traveler’s diarrhea
Travelers’ diarrhea adalah masalah yang sering muncul pada wisatawan, terutama pada mereka yang berkunjung ke Negara berkembang. Setengah dari pengunjung dari Negara industri yang mengunjungi Negara berkembang terinfeksi penyakit ini.
Di Indonesia, diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Diare pada wisatawan asing dan anak sekolah sangat erat kaitannya dengan pencemaran air dan makanan.
Demam kelas rendah, kram perut, atau muntah dapat terjadi dalam diare ini. Infeksi ini biasanya diperoleh melalui mikroba yang mengkontaminasi makanan atau minuman atau bisa juga melalui kontak dengan tangan orang yang terinfeksi. Para ahli menyetujui bahwa prophylactic antibiotic tidak seharusnya diberikan secara rutin karena memiliki risiko negatif yang lebih tinggi. Faktor yang penting dalam menangani masalah diare pada wisatawan yaitu dengan mengganti kekurangan cairan dan elektrolitnya.
4.      Penyakit yang berhubungan dengan gigitan hewan
a.       Rabies
Epidemiologi :
Rabies adalah penyakit viral yang bersifat fatal yang ditularkan melalui binatang dengan gigitan dan goresan atau kontak langsung saliva hewan terinfeksi dengan kulit yang memiliki luka terbuka. Di negara berkembang, penularan rabies sebagian besar melalui anjing, tetapi rabies juga pada hewan lokal dan hewan liar termasuk kucing, monyet dan kelelawar. Hewan penular rabies mendudukin tangkat endemik yang tinggi di bagian Meksiko, El Salvador, Guatemala, Peru, Colombia, Ekuador, sub-kontinen India, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Dari negara yang tersisa, kira-kira 50 diantaranya dalam keadaan bebas rabies, termasuk pulau Karibia, Jepang, Taiwan, Australia, New Zealand, dan negara di Skandinavia, bagian dari Eropa dan Oceania.
Klinis :
Tahap inkubasi bergantung pada seberapa serius luka yang didapat dan seberapa jauh jarak luka tersebut terhadap central nervous system dan masa inkubasi ini berlangsung paling cepat 9 hari dan paling lambat selama 1 tahun atau bahkan lebih, Ciri-ciri klinisnya yaitu demam, sakit kepala, perubahan sensorik pada area gigitan, ketakutan dan segera diikuti dengan fase eksitasi berupa halusinasi, kejang otot dan delirium. Kematian akan terjadi setelah gejala pada fase eksitasi ini.
b.      Murine Typhus
Murine Typhus adalah penyakit yang disebabkan oleh rickettsia typhi atau R. mooseri yang dapat ditularkan melalui gigitan tikus. Gejalanya yaitu kedinginan, sakit kepala, demam dan nyeri di seluruh tubuh. Ada juga bintil-bintil merah di seluruh tubuh pada hari kelima hingga keenam.
Salah satu kasus terkait dengan Murine Typhus ini yaitu pada 2 wisatawan asing asal Jepang yang didiagnosis dengan Murine Typhus setelah bepergian dari Bali. Selain itu, terdapat 2 wisatawan laki-laki asal Perancis usia 29 dan 28 tahun yang positif Murine Typhus yang dirawat setelah masing-masing 2 dan 3 minggu kepulangannya dari Bali. Kasus serupa juga dilaporkan terjadi pada wisatawan laki-laki usia 29 tahun asal Belgia yang mengalami sakit serius disertai demam saatkunjungannya ke Bali, Lava, dan Lombok).
5.      Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan faktor lingkungan
a.       Sunburn
Bagi wisatawan yang tinggal di wilayah yang dingin, mendapatkan suhu tropis seperti di Indonesia merupakan kesenangan tersendiri. Berjemur merupakan cara menikmatinya. Selain merasakan iklim tropis Indonesia, mereka pun banyak yang ingin tampil eksotis dengan menggelapkan kulit secara alami. Namun jika terlalu lama terpapar sinar matahari langsung dalam waktu yang tidak seharusnya, dapat menyebabkan kulit terbakar.
Wisatawan harus memilih perlindungan terhadap sinar UV-A dan UV-B serta SPF minimal 15 yang akan memberikan perlindungan yang relative panjang. Gangguan terhadap panas dapat dihindari dengan menjauhkan diri dari sinar matahari langsung yang terlalu lama dan kegiatan latihan fisik yang berat.
6.      Ancaman terhadap keselamatan pribadi
a.       Kecelakaan saat berkendara
Penyebab utama kematian wisawatan di Negara berkembang adalah kecelakaan dengan kendaraan bermotor. Pada tahun 2010, sebanyak 27 wisatawan mancanegara  meninggal dunia saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Rata-rata penyebab kematian wisatawan asing ini karena kecelakaan lalu lintas. Kondisi jalan yang kurang baik dan kurangnya tertib hukum lalu lintas menjadi beberapa faktor penyebab kecelakaan lalu lintas tidak hanya pada wisatawan asing tetapi juga masyarakat lokal. Oleh karena itu, wisatawan harus dinasehati untuk menghindari daerah dengan transportasi publik yang padat dan menghindari berkendara pada saat malam hari terutama di daerah pedesaan.
7.      Psychocultural issues
a.       Cultural shock/ adaptation
Cultural shock adalah perubahan budaya seiring dengan perkembangan zaman dan wawasan yang makin berkembang biasanya terjadi pada orang-orang yang terjadi secara tiba-tiba berpindah atau dipindahkan ke lingkungan yang baru maka sangat wajar apabila seseorang yang masuk ke lingkungan yang baru mengalami kesulitan dan tekanan mental.
Salah satu contoh nyata kasus culture shock di Indonesia yaitu sebagai berikut :
For the very first days in Bandar Lampung, I found it really strange to take shower in the early morning with cold water. During the first week, I kept skipping morning shower because it was really cold to me. But I still got cold just 4 days after arriving ịn Lampung and it lasted for almost a week. But now, I have got used to it and really like taking shower with cold water, it makes me feel refreshed and healthier than hot water.
Jadi, turis asal Hanoi, Vietnam ini mengalami culture shock saat ia bepergian ke Indonesia tepatnya Lampung. Awalnya ia berpikir bahwa mandi di pagi hari dengan air dingin itu merupakan suatu hal yang aneh. Pada minggu-minggu pertama, ia memilih untuk tidak mandi di pagi hari karena menurutnya sangat dingin. Setelah 4 hari bahkan satu minggu kemudian, iamasih merasa dingin untuk mandi di pagi hari. Tetapi sekarang,ia mulai terbiasa mandi di pagi hari dengan menggunakan air dingin bahkan merasa lebih segar dan sehat dibandingkan mandi dengan menggunakan air hangat. 

3.7     Upaya Perlindungan Kesehatan Terhadap Wisatawan yang Bepergian
Pre-travel consultation
The pre-travel consultation bisa membantu wisatawan untuk menganalisis kondisi kesehatannya secara menyeluruh sebelum mereka melakukan perjalanan. Konsultasi ini membantu wisatawan dengan cara menilai rencana perjalanan wisatawan tersebut dan menemukan kemungkinan permasalahan kesehatan yang akan muncul selama perjalanan wisatanya.
1.    Assessing the health of the traveler and assessing the risk of travel
Pre-travel consultations dapat dikatakan efektif jika telah memperhatikan latar belakang kesehatan dari wisatawan, jadwal perjalanan, tujuan perjalanan, dan aktivitas yang berisiko terhadap kesehatan wisatawan selama perjalanan. Wisatawan tertentu mungkin memiliki risiko penyakit khusus. Jika hal ini terjadi, maka tenaga medis bisa menganyarankan untuk menunda perjalanan wisatanya.
2.    Manage Risk
Wisatawan yang memerlukan masalah kesehatan yang serius seperti contohnya masalah penyakit jantung yang harus membawa laporan riwayat sakit, termasuk catatan EKGnya. Asma juga bisa terjadi pada wisatawan yang mengunjungi daerah berpolusi tinggi atau setelah melakukan aktivitas fisik yang berat seperti mendaki gunung. Rencana perawatan kesehatan bagi pasien asma yaitu dengan memberikan konseling sehingga mereka dapat menemukan tempat pelayanan kesehatan yang baik di daerah wisata tersebut. Mereka juga harus dibekali dengan tanda pengenal khusus mengenai sakit yang diderita melalui kartu atau gelang tanda khusus. 
3.      Education
Pemberi pelayanan kesehatan harus menyadari kondisi medis para wisatawan yang mungkin berisiko memiliki permasalahan kesehatan dan mengedukasi mereka sehingga mereka mengetahui kondisi kesehatan mereka. Melalui edukasi tersebut maka wisatawan dapat mengantisipasi penyakit yang berisiko bagi merek dan menerapkan metode preventif yang telah didapat.
4.      Vaccination
Vaksinasi pra perjalanan sangat penting untuk orang yang ingin melakukan perjalanan terutama ke negara-negara yang memiliki catatan khusus terkait dengan penyakit menular dan berbahaya. Karena perjalanan wisata juga bisa menyebabkan hal-hal atau resiko yang tidak diinginkan. Bagi wisatawan yang telah mempunyai kondisi penyakit kronis, maka penyakit kronisnya mungkin saja muncul kembali sebagai akibat keadaan kebersihan tempat akomodasi yang tidak memadai, pelayanan medis yang kurang memadai ditempat wisata tersebut.



















BAB IV
PENUTUP

4.1     Simpulan
4.1.1        Keperawatan Transkultural adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia
4.1.2        Pengertian budaya adalah sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
4.1.3        Pengertian Travel dan Epidemiologi
1.      Travel medicine adalah bidang ilmu yang mempelajari persiapan kesehatan, penatalaksanaan masalah kesehatan orang bepergian, aspek berwisata dan kaitannya dengan kesehatan termasuk kebugaran dalam perjalanan dan risiko sakit karena perjalanan tersebut.
2.      Epidemiologi ialah ilmu yang mempelajari distribusi frekuensi penyakit beserta determinannya hanya terdapat dua perbedaan yaitu tambahan fenomena fisiologis dan ruda paksa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyakit, ruda paksa, fenomena fisiologis tentang frekuensi distribusi dan determinannya pada kelompok manusia.
4.1.4        Industri pariwisata Indonesia meningkat dengan pesat. Pada bulan April 2015, tercatat sebanyak 2.864.076 jiwa wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia.   Sedangkan pada tahun 2014, sebanyak 2.792.737 jiwa wisatawan.  Hal ini menunjukkan bahwa tiap tahunnya wisatawan yang berkunjung ke Indonesia terus meningkat. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara juga berdampak pada bidang kesehatan.
4.1.5        Risiko-risiko penyakit wisatawan asing terdiri dari risiko penyakit wisatawan : penyakit infeksi dan penyakit tidak menular, penyakit menular di indonesia : viral, bacterial, protozoal, nematoda, cestoda, fungal, dan kelompok yang berisiko yaitu kehamilan, anak-anak, manula, ekspatriat dan long-term stayer, kunjungan teman dan keluarga, penyakit jantung dan paru-paru, diabetes, dan immunocompromised.
4.1.6        Penyakit-penyakit wisatawan asing selama berwisata indonesia terdiri dari penyakit yang berhubungan dengan vektor penular yaitu dengue, japanese encephalitis (je), malaria; penyakit yang berhubungan dengan kontak antara orang ke orang yaitu sexually transmitted diseases; penyakit yang berhubungan dengan konsumsi makanan dan minuman yaitu traveler’s diarrhea; penyakit yang berhubungan dengan gigitan hewan yaitu rabies, murine typhus; kondisi kesehatan yang berhubungan dengan faktor lingkungan yaitu sunburn; ancaman terhadap keselamatan pribadi yaitu kecelakaan saat berkendara; psychocultural issues yaitu cultural shock/ adaptation.
4.1.7        Upaya perlindungan kesehatan terhadap wisatawan yang bepergianberupa pre-travel consultation yang terdiri dari assessing the health of the traveler and assessing the risk of travel, manage risk, education dan vaccination

4.2     Saran
Dari simpulan maka saran yang dapat direkomendasikan:
4.2.1        Makalah ini dapat dijadikan pedoman dan acuan bagi para pembacadalam mempelajari permasalahan yang diderita oleh wisatawan asing di Indonesia.
4.2.2        Dalam penulisan lebih lanjut mengenai makalahmasalah-masalah kesehatan yang dialami wisatawan asing selama dan sesudah berkunjung di indonesia, perlu penambahan referensi sehingga materi yang disajikan menjadi lebih lengkap.



DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2015. Berita Resmi Statistik No. 54/06/Th. XVIII: Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Nasional April 2015. http://www.bps.go.id/brs/view/id/1149. (Diakses pada tanggal 23 November 2015).
Budiarto, Eko. 2002. Pengantar Epidemiolog. Jakarta : EGC
Eviyanti, Sari. 2010. Taman Budaya Kalimantan Tengah. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Jay S. Keystone, MD., dkk. 2009. Travel Medicine: Expert Consult Second Edition. Philadelphia: Elsevier Ltd.
Raoult, Didier dkk. 1998. Emerging Infectious Diseases Volume 4 :Murine Typhus in Travelers Returning from Indonesia. Perancis :Faculté de Médecine, Université de la Méditerranée
Suprihadi, Marcus. 2010. 27 Turis WNA meninggal di Bali. http://bola.kompas.com/read/2010/12/30/13303577/27.turis.wna.meninggal.di.bali. (Diakses pada tanggal 23 November 2015)
Takeshita, Nozomi dkk. 2010. Journal of Travel Medicine: Murine Typhus in Two Travelers Returning From Bali, Indonesia: An Underdiagnosed Disease. Jepang: Disease Control and Prevention Center, International Medical Center of Japan, Toyama Hospital

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sheila On 7 - Yang Terlewatkan

PENAMPILAN DIRI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMERIKSAAN RUMPLE LEED (1)